Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Kenapa (harus) Kuliah di Belanda?

“Kenapa pilih kuliah di Belanda? Kenapa nggak di Australia aja biar deket? Kenapa nggak di Inggris atau Amerika aja sekalian? Atau ke Jerman aja? Atau kenapa nggak di sini aja? Kan sama aja kuliah? Kenapa? Kenapa? Kenapa?” Jawabannya sederhana,  saya kuliah di Belanda itu ya karena saya mau kuliah di sana. Dulu itu, saya pernah begitu tergila-gila sama Robin van Persie, striker Arsenal yang akhirnya cabut dari Arsenal dan sukses bikin patah hati😭. Nah, si Robin ini orang Belanda, jadi saya semacam terobsesi sama dia dan Belanda.😁 Nggak deng, Nggak itu aja. Alasan seriusnya adalah karena saya memang dari dulu pengen sekolah di luar negeri. Bukan karena gengsi atau pengen sok-sok-an. Bukan, bukan... buat  saya, sekolah di luar itu adalah bentuk pembuktian pada diri saya sendiri. Bisa nggak sih saya survive di luar zona nyaman saya. Selain itu, saya kuliah di sana untuk membayar rasa penasaran dan bersalah saya karena pas SMA saya pernah gagal ikutan program pertukar

Tentang Kadar yang Berlebih

Setelah sekian lama otak saya berasa kosong karena nggak pernah dipake buat mikir dan merenung, akhirnya tiba-tiba ada yang menggelitik pikiran saya. Kemarin, pas saya lagi nguji mahasiswa saya, saya disuguhi sekotak camilan buat mengganjal perut yang memang belum sempat saya penuhi haknya untuk makan siang. Isi kotak camilannya lengkap: ada air mineral, ada camilan manis dan camilan asin. Terpikir di benak saya.. Air mineral yang ada di kotak camilan saya itu menyehatkan. Orang bahkan dianjurkan untuk minum kurang lebih dua liter per hari supaya selalu sehat. Tapi, si air ini juga bisa menyebabkan yang minum tersiksa karena harus pulang-pergi ke kamar kecil. Belum lagi perut si orang tersebut bisa jadi terasa "terlalu penuh", dan perasaan itu jelas tidak mengenakkan. Semuanya karena air yang menyehatkan itu dikonsumi berlebihan . Lalu, camilan manis di depan mata saya itu enak dan mengenyangkan tapi juga bisa menjadi sumber penyakit karena dikonsumsi berlebihan . Garam

Tentang Seorang Perempuan dan Patah Hati

Ada cerita tentang seorang perempuan. Perempuan ini tangguh, mandiri. Dia kenal baik siapa dirinya. Dia tau apa yang ia inginkan dalam hidupnya.. Perempuan ini pemberani, tapi bukan dalam hal berkelahi. Dia berani hidup dengan caranya sendiri, dengan pilihannya sendiri. Tapi, perempuan ini juga sangat pengecut. Ya, dia begitu pengecut dalam urusan ‘menaruh hati’. Baginya, menaruh hati pada seorang laki-laki tidak memerlukan syarat apapun. Dan baginya, rasa tersebut bukan tentang ‘kalau putus ya cari lagi’. Dia menaruh rasa secara ‘eksklusif’. Lima tahun sudah dia mengenal seorang laki-laki asing yang hanya dia kenal lewat internet. Laki-laki ini tinggal jauh di benua lain. Lelaki ini sangat baik. Dia telah menjadi pahlawannya saat hatinya porak-poranda. Mereka berdua adalah dua orang yang hatinya luluh lantah oleh rasa yang sebelumnya. Mereka berteman dekat, sangat dekat. Tapi selama lima tahun itu pula dia menderita. Menderita karena dia tidak pernah bisa mengatakan a

Nijmegen, Kota Kecil yang Bikin Susah Move On

Jadi.. tadi malam, sebelum tidur, iseng-iseng saya buka instagramnya gemeente Nijmegen. Gemeente itu mungkin kalo di kita sama kayak pemerintah kota mungkin yah. Di akun instagram itu, baru aja diupload foto terkini Nijmegen. Lagi bersalju, cantik banget. Well.. mungkin nggak banyak yang tau Nijmegen itu adanya di mana. Tempatnya emang nggak setenar kota-kota cetar di Eropa macam Amsterdam, Paris, Roma atau mungkin Berlin. Tapi jangan salah, Nijmegen itu punya mantra sendiri yang bisa bikin orang nggak bisa move on . Ehm.. dulu saya itu pernah jadi warga Nijmegen. Nggak lama sih, cuma setaun. Waktu itu saya tinggal di sana buat nerusin kuliah saya. Saya inget, pas dulu saya baru pulang ke Indonesia terus ketemu orang-orang baru, mereka itu nanyanya nggak jauh-jauh dari: “Dulu di Belandanya di mana?” “di Nijmegen”  “Hmm.. Nijmegen itu di sebelah mananya Amsterdam yah ?” Atau bahkan ada yang nanya “Emang ada yah di Belanda kota yang namanya Nijmegen?” Bahkan yang